Wednesday, March 4, 2009

Energi Alternatif

Potensi Energi Surya dan Energi Angin di Indonesia

Dewasa ini banyak kita lihat diberbagai media massa berita tentang pemanasan global dan pentingnya penghematan energi guna kelangsungan bumi. Penggunaan energi yang berlebih mempunyai peran yang sangat besar dalam pemanasan global. Seperti halnya jaring laba-laba, segala aspek yang ada di alam ini saling mempengaruhi. Dari benua putih hingga benua hitam, dari kutub utara hingga benua antartika. Banyak Negara saat ini fokus untuk pengembangan energi alternative yang lebih ramah lingkungan sehingga krisis energi bisa diatasi.

Jika kita melihat tingkat konsumsi energi di seluruh dunia saat ini, penggunaan energi diprediksikan akan meningkat sebesar 70 persen antara tahun 2000 sampai 2030. dari total kebutuhan energi dunia, sumber energi yang berasal dari fosil, saat ini merupakan penyumbang terbesar dengan 87,7 persen.


Cadangan sumber energi yang berasal dari fosil diseluruh dunia diperkirakan hanya sampai 40 tahun untuk minyak bumi, 60 tahun untuk gas alam, dan 200 tahun untuk batu bara. Kondisi keterbatasan sumber energi di tengah semakin meningkatnya kebutuhan energi dunia dari tahun ketahun, serta tuntutan untuk melindungi bumi dari pemanasan global dan polusi lingkungan membuat tuntutan untuk segera mewujudkan teknologi baru sumber energi terbarukan. (Brian Yulianto, 2006).


Energi surya

Di antara sumber energi terbaharukan yang saat ini banyak dikembangkan (seperti turbin angin, tenaga air, energi gelombang air laut, tenaga surya, tenaga panas bumi, tenaga hidrogen, dan bio-energi), tenaga surya atau solar sel merupakan salah satu sumber yang cukup menjanjikan.


Pada tengah hari yang cerah radiasi sinar matahari mampu mencapai 1000 watt permeter persegi. Jika sebuah divais semikonductor seluas satu meter persegi memiliki efisiensi 10 persen maka modul solar sel ini mampu memberikan tenaga listrik sebesar 100 watt. Saat ini modul solar sel komersial berkisar antara 5 hingga 15 persen tergantung material penyusunnya. (Brian Yulianto, 2006).

Efisiensi divais solar sel dan harga pembuatan solar sel merupakan masalah yang paling penting untuk merealisasikan solar sel sebagai sumber energi alternatif. Efisiensi didefinisikan sebagai perbandingan antara tenaga listrik yang dihasilkan oleh divais solar sel dibandingkan dengan jumlah energi yang diterima dari pancaran sinar matahari.

Dari beberapa jenis divais solar sel yang ada, tipe silikon kristal buatan LIPI merupakan jenis divais solar sel yang memiliki efisiensi tinggi meskipun biaya pembuatannya relatif lebih mahal dibandingkan jenis solar sel lainnya.

Indonesia sebenarnya sangat berpotensi untuk menjadikan solar cell sebagai salah satu sumber energi masa depannya mengingat posisi Indonesia pada khatulistiwa yang memungkinkan sinar matahari dapat optimal diterima di permukaan bumi di hampir seluruh Indonesia.


Dengan kondisi yang sangat potensial ini sudah saatnya pemerintah dan pihak universitas membuat satu pusat penelitian solar sel agar Indonesia tidak kembali hanya sebagai pembeli divais solar sel di tengah melimpahnya sinar matahari yang diterima di bumi Indonesia.

Energi angin

Selain energi surya, Indonesia sebenarnya adalah Negara yang kaya akan energi angin. Dengan posisi di garis katulistiwa dan menjadi daerah perlintasan dua musim utara dan selatan, Indonesia mempunyai potensi energi angin yang sangat besar. Perubahan musim dari muson barat dan muson timur telah menjamin ketersediaan angin yang cukup tinggi melintas di Negara ini.

Seperti halnya hukum alam lainnya, udara bergerak dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Saat musim penghujan, kita mendapat angin muson barat dari benua Asia, Demikian pula terjadi sebaliknya jika Indonesia mengalami musim kemarau terjadi pergerakan angin dari benua Australia ke Asia.

Tidak seperti energi alternatif lainnya, energi angin cenderung lebih mudah kita hasilkan, terutama di daerah pantai. Proses terjadinya energi angin bisa dijelaskan dengan singkat. Matahari memanaskan permukaan bumi tidak merata sehingga terciptalah angin. Energi kinetik yang didapat bisa untuk menggerakkan turbin angin, turbin yang dililitkan kabel akan menghasilkan elektromagnetik dan kemudian disimpan dalam unit penyimpan energi (baterai). Dari beterai tersebut dialirkan pada converter (pengubah arus), dan energi tersebut siap dipakai untuk memenuhi kebutuhan konsumsi.

Untuk mendapatkan kecepatan angin yang cukup tinggi dan berlangsung secara terus menerus tidaklah mudah, tetapi untuk daerah pantai dan daerah tinggi, tersedia angina yang cukup konstan. Daerah pantai merupakan daerah yang selalu mendapatkan angin dengan kecepatan tinggi. Sebagai Negara kepulauan dengan pantai terpanjang didunia, energi ini sudah selayaknya kita optimalkan.

Untuk beberapa negara yang tidak punya cukup panjang pantai, mereka membangun pembangkit listrik energi angin di lepas pantai. Dengan demikian mereka tidak terkendala luas pantai yang dipunyai.

PR untuk Kita Semua

Energi mempunyai peranan penting dalam pencapaian tujuan sosial, ekonomi, dan lingkungan untuk pembangunan berkelanjutan, serta merupakan pendukung bagi kegiatan ekonomi nasional. Penggunaan energi di Indonesia meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Sedangkan, akses ke energi yang andal dan terjangkau merupakan pra-syarat utama untuk meningkatkan standar hidup masyarakat.

Kebutuhan listrik dirasakan sangat vital bagi masyarakat. Setiap barang elektronik di abad 21 ini pasti menggunakan energi listrik, contohnya televisi, radio, komputer dan lain-lain. Energi listrik merupakan bentuk energi yang paling banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari manusia. Hubungan antara pemakaian energi listrik dan pertumbuhan penduduk membentuk garis linier, dengan kata lain pembangunan modern suatu negara tidak lepas dari konsumsi energi listriknya.

Saat ini globalisasi sudah menyebar ke seluruh dunia. Indonesia sudah 63 tahun merdeka, namun belum mampu mencukupi energi listrik sendiri. Sebanyak 35 persen dari jumlah penduduk indonesia atau sekitar 87, 5 juta jiwa diketahui hidup tanpa pelayanan listrik, dan bisa dikatakan hampir semuanya tinggal di pedesaan. Jangankan untuk memenuhi listrik pedesaan untuk memenuhi listrik di perkotaan saja sudah susah, bahkan di ibukota negara sendiri sering terjadi pemadaman listrik.

Sementara kita sedang sibuk-sibuknya untuk berbenah di sana sini untuk mengejar ketertinggalan dengan negara tetangga, tapi di sisi lain kita di hadapi masalah tentang ketersediaan listrik. Jangankan untuk kebutuhan negara lain, untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk negara ini saja susah. Pengadaan pasokan energi juga mengalami banyak kendala.

Sudah bukan rahasia lagi bahwa pembangkit listrik di negara ini berasal dari energi fosil. Cadangan sumber energi fosil seperti minyak dan batubara yang banyak digunakan untuk pembangkit tenaga listrik kelak akan habis. Kebutuhan bensin 20 tahun ke depan diperkirakan akan meningkat 5 kali lipat dari tahun 2002 menjadi 48 juta kiloliter. Kebutuhan solar yang di gunakan untuk PLTD akan meningkat menjadi 4,3 kali lipat atau menjadi 56 juta kiloliter (Yulita, 2008). Sementara itu, produksi minyak bumi Indonesia terus menurun dari tahun ke tahun.

Sebenarnya masih banyak energi alternative yang bisa dihasilkan dari bumi nusantara dan anak-anak terbaik negeri ini. Dari mulai energi panas bumi, tenaga air, bio-fuel, bio-etanol, dll. Dari semua energi terbarukan tersebut diatas, telah terbukti mampu dihasilkan masyarakat Indonesia.

Sebagai Negara yang berusaha mengejar ketertinggalan dengan Negara lain, sudah saatnya kita mengoptimalkan segala sumber daya yang kita punya terutama energi non-fosil supaya kesejahteraan rakyat Indonesia terpenuhi.

No comments:

Post a Comment