Wednesday, March 4, 2009

Energi Alternatif

Potensi Energi Surya dan Energi Angin di Indonesia

Dewasa ini banyak kita lihat diberbagai media massa berita tentang pemanasan global dan pentingnya penghematan energi guna kelangsungan bumi. Penggunaan energi yang berlebih mempunyai peran yang sangat besar dalam pemanasan global. Seperti halnya jaring laba-laba, segala aspek yang ada di alam ini saling mempengaruhi. Dari benua putih hingga benua hitam, dari kutub utara hingga benua antartika. Banyak Negara saat ini fokus untuk pengembangan energi alternative yang lebih ramah lingkungan sehingga krisis energi bisa diatasi.

Jika kita melihat tingkat konsumsi energi di seluruh dunia saat ini, penggunaan energi diprediksikan akan meningkat sebesar 70 persen antara tahun 2000 sampai 2030. dari total kebutuhan energi dunia, sumber energi yang berasal dari fosil, saat ini merupakan penyumbang terbesar dengan 87,7 persen.


Cadangan sumber energi yang berasal dari fosil diseluruh dunia diperkirakan hanya sampai 40 tahun untuk minyak bumi, 60 tahun untuk gas alam, dan 200 tahun untuk batu bara. Kondisi keterbatasan sumber energi di tengah semakin meningkatnya kebutuhan energi dunia dari tahun ketahun, serta tuntutan untuk melindungi bumi dari pemanasan global dan polusi lingkungan membuat tuntutan untuk segera mewujudkan teknologi baru sumber energi terbarukan. (Brian Yulianto, 2006).


Energi surya

Di antara sumber energi terbaharukan yang saat ini banyak dikembangkan (seperti turbin angin, tenaga air, energi gelombang air laut, tenaga surya, tenaga panas bumi, tenaga hidrogen, dan bio-energi), tenaga surya atau solar sel merupakan salah satu sumber yang cukup menjanjikan.


Pada tengah hari yang cerah radiasi sinar matahari mampu mencapai 1000 watt permeter persegi. Jika sebuah divais semikonductor seluas satu meter persegi memiliki efisiensi 10 persen maka modul solar sel ini mampu memberikan tenaga listrik sebesar 100 watt. Saat ini modul solar sel komersial berkisar antara 5 hingga 15 persen tergantung material penyusunnya. (Brian Yulianto, 2006).

Efisiensi divais solar sel dan harga pembuatan solar sel merupakan masalah yang paling penting untuk merealisasikan solar sel sebagai sumber energi alternatif. Efisiensi didefinisikan sebagai perbandingan antara tenaga listrik yang dihasilkan oleh divais solar sel dibandingkan dengan jumlah energi yang diterima dari pancaran sinar matahari.

Dari beberapa jenis divais solar sel yang ada, tipe silikon kristal buatan LIPI merupakan jenis divais solar sel yang memiliki efisiensi tinggi meskipun biaya pembuatannya relatif lebih mahal dibandingkan jenis solar sel lainnya.

Indonesia sebenarnya sangat berpotensi untuk menjadikan solar cell sebagai salah satu sumber energi masa depannya mengingat posisi Indonesia pada khatulistiwa yang memungkinkan sinar matahari dapat optimal diterima di permukaan bumi di hampir seluruh Indonesia.


Dengan kondisi yang sangat potensial ini sudah saatnya pemerintah dan pihak universitas membuat satu pusat penelitian solar sel agar Indonesia tidak kembali hanya sebagai pembeli divais solar sel di tengah melimpahnya sinar matahari yang diterima di bumi Indonesia.

Energi angin

Selain energi surya, Indonesia sebenarnya adalah Negara yang kaya akan energi angin. Dengan posisi di garis katulistiwa dan menjadi daerah perlintasan dua musim utara dan selatan, Indonesia mempunyai potensi energi angin yang sangat besar. Perubahan musim dari muson barat dan muson timur telah menjamin ketersediaan angin yang cukup tinggi melintas di Negara ini.

Seperti halnya hukum alam lainnya, udara bergerak dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Saat musim penghujan, kita mendapat angin muson barat dari benua Asia, Demikian pula terjadi sebaliknya jika Indonesia mengalami musim kemarau terjadi pergerakan angin dari benua Australia ke Asia.

Tidak seperti energi alternatif lainnya, energi angin cenderung lebih mudah kita hasilkan, terutama di daerah pantai. Proses terjadinya energi angin bisa dijelaskan dengan singkat. Matahari memanaskan permukaan bumi tidak merata sehingga terciptalah angin. Energi kinetik yang didapat bisa untuk menggerakkan turbin angin, turbin yang dililitkan kabel akan menghasilkan elektromagnetik dan kemudian disimpan dalam unit penyimpan energi (baterai). Dari beterai tersebut dialirkan pada converter (pengubah arus), dan energi tersebut siap dipakai untuk memenuhi kebutuhan konsumsi.

Untuk mendapatkan kecepatan angin yang cukup tinggi dan berlangsung secara terus menerus tidaklah mudah, tetapi untuk daerah pantai dan daerah tinggi, tersedia angina yang cukup konstan. Daerah pantai merupakan daerah yang selalu mendapatkan angin dengan kecepatan tinggi. Sebagai Negara kepulauan dengan pantai terpanjang didunia, energi ini sudah selayaknya kita optimalkan.

Untuk beberapa negara yang tidak punya cukup panjang pantai, mereka membangun pembangkit listrik energi angin di lepas pantai. Dengan demikian mereka tidak terkendala luas pantai yang dipunyai.

PR untuk Kita Semua

Energi mempunyai peranan penting dalam pencapaian tujuan sosial, ekonomi, dan lingkungan untuk pembangunan berkelanjutan, serta merupakan pendukung bagi kegiatan ekonomi nasional. Penggunaan energi di Indonesia meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Sedangkan, akses ke energi yang andal dan terjangkau merupakan pra-syarat utama untuk meningkatkan standar hidup masyarakat.

Kebutuhan listrik dirasakan sangat vital bagi masyarakat. Setiap barang elektronik di abad 21 ini pasti menggunakan energi listrik, contohnya televisi, radio, komputer dan lain-lain. Energi listrik merupakan bentuk energi yang paling banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari manusia. Hubungan antara pemakaian energi listrik dan pertumbuhan penduduk membentuk garis linier, dengan kata lain pembangunan modern suatu negara tidak lepas dari konsumsi energi listriknya.

Saat ini globalisasi sudah menyebar ke seluruh dunia. Indonesia sudah 63 tahun merdeka, namun belum mampu mencukupi energi listrik sendiri. Sebanyak 35 persen dari jumlah penduduk indonesia atau sekitar 87, 5 juta jiwa diketahui hidup tanpa pelayanan listrik, dan bisa dikatakan hampir semuanya tinggal di pedesaan. Jangankan untuk memenuhi listrik pedesaan untuk memenuhi listrik di perkotaan saja sudah susah, bahkan di ibukota negara sendiri sering terjadi pemadaman listrik.

Sementara kita sedang sibuk-sibuknya untuk berbenah di sana sini untuk mengejar ketertinggalan dengan negara tetangga, tapi di sisi lain kita di hadapi masalah tentang ketersediaan listrik. Jangankan untuk kebutuhan negara lain, untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk negara ini saja susah. Pengadaan pasokan energi juga mengalami banyak kendala.

Sudah bukan rahasia lagi bahwa pembangkit listrik di negara ini berasal dari energi fosil. Cadangan sumber energi fosil seperti minyak dan batubara yang banyak digunakan untuk pembangkit tenaga listrik kelak akan habis. Kebutuhan bensin 20 tahun ke depan diperkirakan akan meningkat 5 kali lipat dari tahun 2002 menjadi 48 juta kiloliter. Kebutuhan solar yang di gunakan untuk PLTD akan meningkat menjadi 4,3 kali lipat atau menjadi 56 juta kiloliter (Yulita, 2008). Sementara itu, produksi minyak bumi Indonesia terus menurun dari tahun ke tahun.

Sebenarnya masih banyak energi alternative yang bisa dihasilkan dari bumi nusantara dan anak-anak terbaik negeri ini. Dari mulai energi panas bumi, tenaga air, bio-fuel, bio-etanol, dll. Dari semua energi terbarukan tersebut diatas, telah terbukti mampu dihasilkan masyarakat Indonesia.

Sebagai Negara yang berusaha mengejar ketertinggalan dengan Negara lain, sudah saatnya kita mengoptimalkan segala sumber daya yang kita punya terutama energi non-fosil supaya kesejahteraan rakyat Indonesia terpenuhi.

Sejarah Pati

Sejarah Pati

Kabupaten Pati, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Pati. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Rembang di timur, Kabupaten Blora dan Kabupaten Grobogan di selatan, serta Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara di barat.

Sejarah Pati

Sejarah Kabupaten Pati berpangkal tolak dari beberapa gambar yang terdapat pada Lambang Daerah Kabupaten Pati yang sudah disahkan dalam Peraturan Daerah No. 1 Tahun 1971 yaitu Gambar yang berupa: “KERIS RAMBUT PINUTUNG DAN KULUK KANIRAGA”.

Menurut cerita rakyat dari mulut ke mulut yang terdapat juga pada kitab Babat Pati dan kitab Babat lainnya dua pusaka yaitu “KERIS RAMBUT PINUTUNG DAN KULUK KANIRAGA” merupakan lambang kekuasan dan kekuatan yang juga merupakan simbul kesatuan dan persatuan.

Barangsiapa yang memiliki dua pusaka tersebut, akan mampu menguasai dan berkuasa memerintah di Pulau Jawa. Adapun yang memiliki dua pusaka tersebut adalah Raden Sukmayana penggede Majasemi andalan Kadipaten Carangsoka.

Kevakuman Pemerintahan di Pulau Jawa

Menjelang akhir abad ke XIII sekitar tahun 1292 Masehi di Pulau Jawa vakum penguasa pemerintahan yang berwibawa. Kerajaan Pajajaran mulai runtuh, Kerajaan Singasari surut, sedang Kerajaan Majapahit belum berdiri.

Di Pantai utara Pulau Jawa Tengah sekitar Gunung Muria bagian Timur muncul penguasa lokal yang mengangkat dirinya sebagai adipati, wilayah kekuasaannya disebut kadipaten.

Ada dua penguasa lokal di wilayah itu yaitu. 1. Penguasa Kadipaten Paranggaruda, Adipatinya bernama Yudhapati, wilayah kekuasaannya meliputi sungai Juwana ke selatan, sampai pegunungan Gamping Utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Grobogan. Mempunyai putra bernama Raden Jasari. 2. Penguasa Kadipaten Carangsoka, Adipatinya bernama: Puspa Andungjaya, wilayah kekuasaannya meliputi utara sungai Juwana sampai pantai Utara Jawa Tengah bagian timur. Adipati Carangsoka mempunyai seorang putri bernama Rara Rayungwulan

Kadipaten Carangsoka dan Paranggaruda Berbesanan

Kedua Kadipaten tersebut hidup rukun dan damai, saling menghormati dan saling menghargai untuk melestarikan kerukunan dan memperkuat tali persaudaraan, Kedua adipati tersebut bersepakat untuk mengawinkan putra dan putrinya itu. Utusan Adipati Paranggaruda untuk meminang Rara Rayungwulan telah diterima, namun calon mempelai putri minta bebana agar pada saat pahargyan boja wiwaha daup (resepsi) dimeriahkan dengan pagelaran wayang dengan dalang kondang yang bernama “Sapanyana”.

Untuk memenuhi bebana itu, Adipati Paranggaruda menugaskan penggede kemaguhan bernama Yuyurumpung agul-agul Paranggaruda. Sebelum melaksanakan tugasnya, lebih dulu Yuyurumpung berniat melumpuhkan kewibawaan Kadipaten Carangsoka dengan cara menguasai dua pusaka milik Sukmayana di Majasemi. Dengan bantuan uSondong Majerukn kedua pusaka itu dapat dicurinya namun sebelum dua pusaka itu diserahkan kepada Yuyurumpung, dapat direbut kembali oleh Sondong Makerti dari Wedari. Bahkan Sondong Majeruk tewas dalam perkelahian dengan Sondong Makerti. Dan Pusaka itu diserahkan kembali kepada Raden Sukmayana. Usaha Yuyurumpung untuk menguasai dan memiliki dua pusaka itu gagal.

Walaupun demikian Yuyurumpung tetap melanjutkan tugasnya untuk mencari Dalang Sapanyana agar perkawinan putra Adipati Paranggaruda tidak mangalami kegagalan (berhasil dengan baik).

Pada Malam pahargyan bojana wiwaha (resepsi) perkawinaan dapat diselenggarakan di Kadipaten Carangsoka dengan Pagelaran Wayang Kulit oleh Ki Dalang Sapanyana. Di luar dugaan pahargyan baru saja dimulai, tiba-tiba mempelai putri meninggalkan kursi pelaminan menuju ke panggung dan seterusnya melarikan diri bersama Dalang Sapanyana. Pahargyan perkawinan antara ” Raden Jasari ” dan ” Rara Rayungwulan ” gagal total.

Adipati Yudhapati merasa dipermalukan, emosi tak dapat dikendalikan lagi. Sekaligus menyatakan permusuhan terhadap Adipati Carangsoka. Dan peperangan tidak dapat dielakkan. Raden Sukmayana dari Kadipaten Carangsoka mempimpin prajurit Carangsoka, mengalami luka parah dan kemudian wafat. Raden Kembangjaya (adik kandung Raden Sukmayana) meneruskan peperangan. Dengan dibantu oleh Dalang Sapanyana, dan yang menggunakan kedua pusaka itu dapat menghancurkan prajurit Paranggaruda. Adipati Paranggaruda, Yudhapati dan putera lelakinya gugur dalam palagan membela kehormatan dan gengsinya.

Oleh Adipati Carangsoka, karena jasanya Raden Kembangjaya dikawinkan dengan Rara Rayungwulan kemudian diangkat menjadi pengganti Carangsoka. Sedang dalang Sapanyana diangkat menjadi patihnya dengan nama ” Singasari “.

Kadipaten Pesantenan

Untuk mengatur pemerintahan yang semakin luas wilayahnya ke bagian selatan, Adipati Raden Kembangjaya memindahkan pusat pemerintahannya dari Carangsoka ke Desa Kemiri dengan mengganti nama ” Kadipaten Pesantenan dengan gelar ” Adipati Jayakusuma di Pesantenan.

Adipati Jayakusuma hanya mempunyai seorang putra tunggal yaitu ” Raden Tambra “. Setelah ayahnya wafat, Raden Tambra diangkat menjadi Adipati Pesantenan, dengan gelar ” Adipati Tambranegara “. Dalam menjalankan tugas pemerintahan Adipati Tambranegara bertindak arif dan bijaksana. Menjadi songsong agung yang sangat memperhatikan nasib rakyatnya, serta menjadi pengayom bagi hamba sahayanya. Kehidupan rakyatnya penuh dengan kerukunan, kedamaian, ketenangan dan kesejahteraannya semakin meningkat.

Kabupaten Pati

Untuk dapat mengembangkan pembangunan dan memajukan pemerintahan di wilayahnya Adipati Raden Tambranegara memindahkan pusat pemerintahan Kadipaten Pesantenan yang semula berada di desa Kemiri menuju ke arah barat yaitu, di desa Kaborongan, dan mengganti nama Kadipaten Pesantenan menjadi Kadipaten Pati.

Dalam prasasti Tuhannaru, yang diketemukan di desa Sidateka, wilayah Kabupaten Majakerta yang tersimpan di musium Trowulan. Prasasti itu terdapat pada delapan Lempengan Baja, dan bertuliskan huruf Jawa kuna. Pada lempengan yang keempat antara lain berbunyi bahwa : ….. Raja Majapahit, Raden Jayanegara menambah gelarnya dengan ABHISEKA WIRALANDA GOPALA pada tanggal 13 Desember 1323 M. Dengan patihnya yang setia dan berani bernama DYAH MALAYUDA dengan gelar RAKAI, Pada saat pengumuman itu bersamaan dengan pisuwanan agung yang dihadiri dari Kadipaten pantai utara Jawa Tengah bagian Timur termasuk Raden Tambranegara berada di dalamnya.

Pati Bagian dari Majapahit

Raja Jayanegara dari Majapahit mengakui wilayah kekuasaan para Adipati itu dengan memberi status sebagai tanah predikan, dengan syarat bahwa para Adipati itu setiap tahun harus menyerahkan Upeti berupa bunga.

Bahwa Adipati Raden Tambranegara juga hadir dalam pisuwanan agung di Majapahit itu terdapat juga dalam Kitab Babad Pati, yang disusun oleh K.M. Sosrosumarto dan S.Dibyasudira, diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1980. Halaman 34, Pupuh Dandanggula pada : 12 yang lengkapnya berbunyi : ….. Tan alami pajajaran kendhih, keratonnya ing tanah Jawa angalih Majapahite, ingkang jumeneng ratu, Brawijaya ingkang kapih kalih, ya Jaka Pekik wasta, putra Jaka Suruh, Kyai Ageng Pathi nama, Raden Tambranegara sumewa maring Keraton Majalengka.

Artinya Tidak lama kemudian Kerajaan Pajajaran kalah, Kerajaan Tanah Jawa lalu pindah ke Majapahit, adapun yang menjadi rajanya adalah Brawijaya II, yaitu Jaka Pekik namanya, putranya Jaka Suruh. Pada waktu itu Kyai Ageng Pati, yang bernama Tambranegara menghadap ke Majalengka, yaitu Majapahit.

Berdasarkan hal tersebut, jelaslah bahwa Raden Tambranegara Adipati Pati turut serta hadir dalam pisowanan agung di Majapahit. Pisowanan agung yang dihadiri oleh Raden Tambranegara ke Majapahit pada tanggal 13 Desember 1323, maka diperkirakan bahwa pindahnya Kadipaten Pesantenan dari Desa Kemiri ke Desa Kaborongan dan menjadi Kabupaten Pati itu pada bulan Juli dan Agustus 1323 M (Masehi). Ada tiga tanggal yang baik pada bulan Juli dan Agustus 1323 yaitu : 3 Juli, 7 Agustus dan 14 Agustus 1323.

Hari Jadi Pati

Kemudian diadakan seminar pada tanggal 28 September 1993 di Pendopo Kabupaten Pati yang dihadiri oleh para perwakilan lapisan masyarakat Kabupaten Pati, para guru sejarah SLTA se Kabupaten Pati, Konsultan, Dosen Fakultas Sastra dan Sejarah UNDIP Semarang, secara musyawarah dan sepakat memutuskan bahwa pada tanggal 7 Agustus 1323 sebagai hari kepindahan Kadipaten Pesantenan di Desa Kemiri ke Desa Kaborongan menjadi Kabupaten Pati.

Tanggai 7 Agustus 1323 sebagai HARI JADI KABUPATEN PATI telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor : 2/1994 tanggal 31 Mei 1994, sehingga menjadi momentum HARI JADI KABUPATEN PATI dengan surya sengkala ” KRIDANE PANEMBAH GEBYARING BUMI ” yang bermakna ” Dengan bekerja keras dan penuh do’a kita gali Bumi Pati untuk meningkatkan kesejahteraan lahiriah dan batiniah “. Untuk itu maka setiap tanggal 7 Agustus 1323 yang ditetapkan dan diperingati sebagai ” HARI JADI KABUPATEN PATI “.

Geografi

Sebagian besar wilayah Kabupaten Pati adalah dataran rendah. Bagian selatan (perbatasan dengan Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Blora) terdapat rangkaian Pegunungan Kapur Utara. Bagian barat laut (perbatasan dengan Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara) berupa perbukitan. Sungai terbesar adalah Kali Juwana, yang bermuara di daerah Juwana.

Ibukota Kabupaten Pati terletak tengah-tengah wilayah Kabupaten, berada di jalur pantura Semarang-Surabaya, sekitar 75 km sebelah timur Semarang. Jalur ini merupakan jalur ramai yang menunjukkan diri sebagai jalur transit. Kelemahan terbesar dari jalur ini adalah kecilnya jalan, hanya memuat dua jalur, sehingga untuk berpapasan cukup sulit.

Terdapat sungai besar yaitu sungai Ngantru. Saat musim penghujan sudah terbiasa sungai ini meluap, sehingga pemerintah Jawa Tengah membentuk lembaga yang berfungsi menanggulangi banjir yang bernama Jatrunseluna.

Pembagian administratif

Kabupaten Pati terdiri atas 21 kecamatan, yang dibagi lagi atas 400 desa dan 5 kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Pati.

Kota-kota kecamatan lainnya yang cukup signifikan adalah Juwana dan Tayu, keduanya merupakan kota pelabuhan yang berada di pesisir Laut Jawa, juga Kecamatan Winong.

Slogan: Pati Bumi Mina Tani.

Diharapkan Pati menjadi daerah sentra perikanan dan pertanian di Indonesia.

Pariwisata

Salah satu obyek wisata sejarah di Pati adalah bekas Pintu Kerajaan Majapahit yang terletak di kota Pati, konon pintu ini dibawa oleh Kebo Anabang atas perintah Sunan Muria. Juwana merupakan kota pelabuhan dimana terdapat kerajinan kuningan. Obyek wisata lain diantaranya adalah Waduk Gunung Rowo, yang terletak di bagian utara.

Di daerah Margorejo terdapat mata air yang cukup besar, yang digunakan untuk kolam renang. Nama tempat tersebut adalah Banyu Urip. Di sekitarnya terdapat perkebunan jambu monyet (mete).

Di daerah Gunung Muria, yaitu di daerah Gembong, terdapat waduk yang diberi nama Selo Romo. Waduk ini termasuk berukuran kecil, jika musim kemarau, pasti akan dangkal. Di sekitar waduk sering dipakai sebagai area perkemahan.

Agrowisata

Potensi:
Keanekaragaman panorama dan tumbuhan hortikultura, tanaman perkebunan, dan tanaman pangan.

Lokasi:
Di sepanjang lereng Gunung Muria bagian timur yang terletak di Kecamatan Tlogowungu, Kecamatan Gembong, Kecamatan Gunungwungkal, dan Kecamatan Cluwak.

Wisata Air

Potensi:
Perairan budidaya ikan air tawar (tambak) seluas 185 Ha.

Lokasi:
Desa Talun.

Gua Pancur

Keterangan:
Gua sepanjang ± 736 m dengan stalaktit dan stalaknit yang sangat indah.

Lokasi:
Desa Jimbaran, Kecamatan Kayen.

Fasilitas:
Kolam pancing, rumah makan apung, wana wisata hutan jati, jalan beraspal.

Gunung Rowo Indah

Keterangan:
Waduk dan pemandangan alam.

Potensi:
Waduk seluas 320 Ha, di puncak bukit dapat menikmati pemandangan di Daerah Ngarai wilayah Kabupaten Pati.

Fasilitas:
Taman rekreasi terbuka, tempat parkir, jalan semua beraspal.

Air Terjun Grenjengan Sewu

Keterangan:
Air terjun setinggi ± 75 m.

Potensi:
Air terjun yang berada di tengah panorama alam yang indah, kondisi masih alami dan belum digarap.

Lokasi:
Desa Jrahi Kecamatan Gunungwungkal, ketinggian 485 m di atas permukaan laut. Jarak dari Kota Pati ± 27 Km.

Fasilitas:
Jalan beraspal dan lapisan makadam sampai di Desa Jrahi.

Sendang Tirta Marta Sani

* Objek Wisata : Kolam renang dan wisata spiritual
* Fasilitas : Paseban tempat mengheningkan diri mohon pada Sang Pencipta
* Padusan : Sumber air yang berasal dari sendang, konon menurut cerita, sumber air tersebut merupakan tempat air wudhu Sunan Kalijaga, tetapi “disisani” (bahasa Jawa) oleh pengawalnya. Pengawalnya kemudian disabda menjadi seekor bulus oleh Sunan Kalijaga.

Di kompleks tersebut juga terdapat makam Adipati Pragolo (Bupati Pati pada zaman Kerajaan Mataram)

Pendopo: sarana pentas kesenian khas Pati Areal parkir dan jalan beraspal, jarak ± 4 Km dari Kota Pati

Pintu Gerbang Majapahit

* Objek Wisata : Situs peninggalan Gerbang Majapahit
* Peninggalan sejarah berupa Pintu Gerbang terbuat dari kayu jati. Pintu gerbang ini merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit yang diangkat oleh Kebo Nyabrang sebagai persyaratan untuk diakui sebagai Putra Sunan Muria. Namun setelah tiba di Desa Rondole, Kebo Nyabrang tidak mampu lagi mengangkat dan tidak mampu melanjutkan perjalanan kemudian menunggui pintu gerbang tersebut sampai meninggal dunia.
* Terletak di Desa Rendole, Kecamatan Margorejo, jarak dari kota Pati 4 Km.
* Berdekatan dengan obyek wisata Sendang Tirta Sani.

Makam Mbah Tabek Merto

* Obyek wisata : Kompleks makam kuno terletak di Dukuh Domasan, Desa Prawoto Kecamatan Sukolilo.
* Makam ini diperkirakan telah ada sejak abad ke XVI pada masa awal penyebaran agama Islam di Indonesia.
* Ditinjau dari bentuk makam, bentuk nisan dan letak pemakaman, maka makam kuno ini dapat disejajarkan dengan usia makam yang ada di Demak pada masa Kerajaan islam di Demak.
* Berdasarkan namanya, Tabek berasal dari bahasa Arab dari kata tabi’a yang berarti yang mengikuti atau pengikut. Yang dimaksud pengikut di sini adalah pengikut para penyebar agama islam pada masa itu, yaitu para wali atau wali songo.
* Kompleks pemakaman kuno saat ini banyak dikunjungi orang karena diyakini mempunyai hubungan dengan para wali.

Makam Saridin / Syeh Jangkung

* Objek Wisata : Makam Saridin atau terkenal dengan nama Syeh Jangkung konon merupakan salah seorang murid Sunan Kalijaga (Wali Songo).
* Makam tersebut terletak di Desa Landoh, Kecamatan Kayen.
* Jarak dari kota Pati kira-kira 17 Km kearah selatan menuju Kabupaten Grobogan.
* Makam ini banyak dikunjungi orang setiap hari Jum’at Kliwon dan Jum’at Legi.
* Upacara khol dilaksanakan setiap 1 tahun sekali yaitu pada bulan Rajab tanggal 14-15 dalam rangka penggantian kelambu makam.

Rupa-rupa

* Makanan khas Pati adalah Nasi Gandhul, Soto Kemiri
* Kota Pati dikenal dengan sebutan Kota Pensiunan, karena kotanya sebagian dihuni oleh para pesiunan atau purnawirawan yang lahir ato dibesarkan di kota ini, sedang para pemudanya memilih mencari kerja di tempat lain atau merantau ke luar negeri sebagai TKI/TKW, karena minimnya industri di kota ini.
* Saat ini (2006) terdapat dua pabrik kacang yang terkenal, yaitu: Dua Kelinci dan Garudafood
* Pabrik gula di Kecamatan Trangkil (PG Trangkil)
* Dahulu terdapat kerupuk yang menggunakan bahan baku dari tanah disebut kerupuk Ampo
* Krupuk daging juga merupakan salah satu makanan khasnya
* Usaha penggemukan Sapi menjadi usaha yang mulai dilirik oleh sebagian warga Pati. Bahkan bukan hanya para petani saja yang menggelutinya.
* Usaha susu sapi dapat ditemukan di Dusun Jagan, Desa Sukoharjo, Kecamatan Margorejo

Sumber : Wikipedia

Tuesday, March 3, 2009

Pendidikan Agama di Sekolah

Pendidikan Kerokhanian Sapta Darma

Sesuai dengan undang-undang sisdiknas terbaru, setiap siswa berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agamanya masing-masing. lalu hal ini menjadi dilema dengan para siswa yang tidak beragama (penghayat kepercayaan terhdap Tuhan hyang Maha Esa) mengingat sistem kependudukan sekarang telah melegalkan seseorang untuk menghayati kepercayaan dan keyakinannya yang dan dapat dibuktikan dengan pencantuman dalam KTP (Kartu Tanda Penduduk).

Bagi teman-teman yang mau share untuk program pendidikan Kerokhanian Sapta Darma dan penghayat kepercayaan Terhadap Tuhan Hyang Maha Esa lainnya, silahkan ikut menyumbangkan pemikirannya disini.

Salam waras!

PROGRAM TAHUNAN
MATA PELAJARAN
: Pendidikan Kerokhanian Sapta Darma
KELAS
: VI (Enam)
TAHUN PELAJARAN
: ........../............

SEMESTER

NO

STANDAR KOMPETENSI

ALOKASI WAKTU

I

(Satu)

1.

Sejarah kerokhanian Sapta Darma

21 jam pelajaran

2.

Sujud Kerokhanian Sapta Darma

15 jam pelajaran

3.

Wewarah Tujuh

6 jam pelajaran

4.

Simbul Pribadi Manusia

9 jam pelajaran

Jumlah Jam Pelajaran Semester I

51 jam pelajaran

II

(Dua)

5.

Sesanti

15 jam pelajaran

6.

Kebudayaan dan lingkungan

18 jam pelajaran

7.

Kelembagaan dalam Kerokhanian Sapta Darma

12 jam pelajaran

Jumlah Jam Pelajaran semester II

45 jam pelajaran



Kolom diatas merupakan contoh kurikulum pendidikan Kerokhanian Sapta Darma untuk kelas VI SD.